Senin, 08 Desember 2008

Why I choose Buddhism

aku kebetulan jodoh dengan Agama Buddha, dan merasa
memang cocok dengan pribadiku. Aku pelajari agama2 lain, dan tetap
merasa Agama Buddha paling benar. Karena cuma ajaran Buddha yang
paling mengutamakan logika, paling toleran, cinta kasihnya paling
luas, dan sejarahnya paling bagus.

Kalaupun ada yang menawarkan pindah, saya tidak mau. Saya sudah
bertekad tidak akan ganti agama di kehidupan ini. Kenapa? alasannya
sebenarnya sangat personal:

1. Agama Buddha paling susah. Yang lain sepertinya gampang, malah ada
cara instan dapat keselamatan. Buat saya, yg palsu itu biasanya yg
paling membual, seperti tukang obat teriak2 di jalan bilang obatnya
bisa cespleng menyembuhkan semua penyakit, termasuk kanker stadium IV.
Saya lebih percaya kalau diberitau oleh seorang dokter yg qualified
"kamu itu sakitnya udah parah. Sembuhnya lama. Itupun kalo kamu beli
obat yg mahal, minum 3x sehari, ga makan yg ini dan itu, olahraga
ringan tiap pagi. Itupun sembuhnya bertahap. Terserah kamu mau ikut
anjuran saya atau tidak. Oya, biaya konsultasi saya gratis, dan
obatnya kamu beli di tempat lain ya."
Agama Buddha seperti itu, tujuannya jauh, sulit dicapai, butuh praktik
yang katanya sampai bbrp kali kehidupan, butuh karma baik yg banyak,
dan godaan serta rintangannya banyak. Hasil cepat yg bisa didapat
paling kebahagiaan sementara dalam 1 kehidupan, kalo bisa. Nah, masa
ada Tukang Obat palsu promosiin obat susah begini. Ga akan laku.
Berarti ini obat asli kan?

2. Agama Buddha literaturnya paling banyak.
Saya ini orangnya senang membaca dan cepat menangkap jika poin moral
disampaikan lewat cerita. Dari kecil sudah sering baca kisah anak2
bergambar yang ada poin moralnya, yg mengajarkan serakah tidak baik, dll.
Saya baca alkitab habis dari PL sampai PB dalam beberapa hari. ga
berkesan. Mungkin karena isinya sulit dimengerti pakai konteks modern,
atau butuh kuliah teologi dan tafsir alkitab. Aku jelas tidak membaca
bagian silsilah (si anu memperanakkan si B, terus punya anak si C,
dst) atau angka (jumlah roti yang dimakan hari itu berjumlah
593822...) dan taurat (musa bilang jangan menjemur baju hari sabat
karena...) habis menurutku ga penting.
Yg kubaca adalah cerita orang2 israel dan Yesus. Kebanyakan cerita
sejarah atau dongeng. Moralnya ga ada, dikit, atau aku tidak mengerti
(habis isinya mukjizat, perang, bencana, pembunuhan,perbudakan, dan
pengkhianatan) Akhirnya cuma berguna waktu pelajaran agama katolik dan
memperluas wawasan.
Alquran tidak pernah baca lengkap tapi baca kutipan2 nya. Isinya
kebanyakan perintah2 yg tidak akan kuturuti. lagian aku tidak suka
gaya bahasa Quran.
Aku menikmati membaca kisah2 kebijaksanaan Tionghoa klasik, kitab
konghucu yang ada moral Cina zaman dulu, terutama kalo ada ceritanya.
Tapi kisah seperti itu terbatas jumlahnya dan sulit dapatnya.
Tapi kalau agama Buddha, literaturnya tidak habis dibaca.
Dari Tripitaka, Sutta Pitaka berisi khotbah2 Guru Buddha dan banyak
yang berupa cerita perumpamaan. Banyak juga khotbah2 yang diberi
komentar berupa konteks situasi dimana khotbah itu diberikan. Jadi
banyak sekali ceritanya!
423 syair Dhammapada semua ada background story. 510 kisah Jataka/
kelahiran Siddharta yg lampau berupa cerita2 moral. Kemudian ada
cerita mengenai Alam Peta, alam Dewa, Kisah murid2 Buddha, Kisah
Kehidupan Pangeran Siddharta sendiri, dan banyak lagi yang sampai saat
ini saya yakin masih ada yang belum saya baca. Padahal saya sudah
membaca ratusan buku Buddhis.
Keluar dari kanon Tripitaka Pali Theravada, Sutra Mahayana tidak kalah
banyak. Dengan gaya bahasa yang lebih indah, lebih panjang, Sutra
Mahayana menjelaskan poin yang sama dengan Theravada tetapi dengan
ceita yang berbeda. Jumlah Sutra Mahayana banyak sekali, tetapi
sayangnya kebanyakan berada dalam bahasa China atau Tibet atau sudah
terbakar waktu orang Muslim membakar Universitas Nalanda di India.
Tapi Masih banyak cerita tentang orang2 suci setelah Buddha yang
muncul di abad2 kemudian. Cerita tentang guru2 besar ini memberi
inspirasi bagi kita untuk praktek. Ada Nagarjuna, Marpa, Milarepa,
Bodhidarma, Sesepuh ke-6 Hui Neng, Atisha, Tsongkhapa, Naropa, Ma Tsu,
Lin Chi, dll

Sampai Sekarang, saya masih suka menemukan cerita Buddhis yang belum
pernah saya baca. Maklum, Tripitaka ada 3 lemari dan belum semuanya
selesai ditranslate, dan guru2 besar biografinya masih berlimpah.
Mengingat saya ini orang yang tipenya belajar dari cerita, agama
Buddha cocok kan dengan saya? Kalau agama lain ceritanya itu2 saja,
cepet bosan. Agama lain yang ceritanya juga banyak itu Hindu. Tapi
orang Hindu saja menganggap Buddha itu "cabangnya" Hindu, jadi kalo
saya pindah ke Hindu sama aja boong kan?
Jadi karena itu saya tidak akan pindah agama. Saya mengakui agama
Buddha, seperti agama lain tidaklah tanpa cacat. Buddha mungkin
sempurna mengajar, tapi kan murid2nya tidak sempurna dan ada
kemungkinan berbuat salah. Tapi saya yakin saya sudah memilih yang

terbaik dari pilihan2 yang tidak sempurna.

3. Aku sendiri tidak bisa menemukan kelemahan yang signifikan dari agamaku. Mengutip
temanku (yg Kristen) berkata "bagaimana caranya kamu membantah agama
yang bilang 'cintailah semua makhluk' dan 'hiduplah secara harmonis',
dan penuh kata 'damai' 'sabar' 'bahagia'?"
Karena aku juga belajar agama lain, aku belajar bahwa hampir semua
agama punya kritiknya, ada kelemahannya. Aku lihat situs2 perbandingan
agama sampai situs2 yang menyerang agama lain di internet.
Kesimpulannya? Cuma Agama Buddha yang paling tidak bisa diserang. Dari
situ aku makin mantap bahwa pilihanku benar.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Saya baru satu tahun ini tertarik budhism..
alasannya?

teorinya masuk akal..mudah dimengerti dan tidak kontradiktif

salam

wirajhana-eka